Rabu, 30 Juli 2008

Al-Qur'an Sebagai Sumber Ilmu

AL QUR’AN SEBAGAI
SUMBER ILMU PENGETAHUAN(Telaah dari Segi Normatif-Empirik)
I. Pendahuluan
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwasanya manusia adalah makhluk tertinggi. Pengakuan ini tidak saja dijustifikasi agama, namun dibenarkan juga oleh ilmu pengetahuan.
Manusia memang memilik sarana untuk dapat melebihi segala makhluk Tuhan (Allah swt). Ia tidak saja memiliki roh, otak, nafsu maupun hati. Namun dibalik itu ia juga memiliki “satu unsure penting” yang karenanya ia tidak saja mengalahkan hewan, tapi malaikatpun sebagai makhluk yang tanpa dosa, bersih dari segala noda – dapat ditundukkannya. Kelebihan itu adalah karena akalnya (dengan muatan ilmunya). (Lihat S. At Thien : 4, S. Al Baqarah : 30-34)
Namun demikian, sebagaimana dalam realitanya, maka manusia ada dua macam. Pertama Basyar, yakni manusia yang sekadar ada (being). Kedua, adalah Insan, yaitu manusia yang selalu berproses (becoming) menuju kesempurnaan (Ali Syariati, 1987:64)
Manusia yang tergolong kelompok kedua ini memiliki tiga atribut khusus yaitu : kesadaran diri, kemauan bebas (kemampuan iradah), dan kreativitas (daya cipta). (Ali Syariati, 1987 : 69, 75)
Di tangan manusia tipe kedua ini ialah ilmu pengetahuan berkembang. Pengkajian (dalam segala macam bentuknya) akan senantiasa dilakukan. Berbagai penemuan akan diperoleh. Sampai pada taraf tertentu manusia semacam ini (apakah dia Islam, Nasrani, Budha, Hindu dll) akan meneliti juga berbagai macam fenomena alam, untuk dicari pertautannya dengan agama. Dalam sisi lainnya bisa jadi ia dengan berdasar agama mencari fenomena alam, untuk dipakai sebagai bukti penguat kbenaran suatu agama (dalam hal ini Islam). Pada taraf yang sedemikian tingginya, manusia ini akan mampu mencapai apa yang Allah gambarkan dalam Al qur’an bahwa ketika sang manusia tersebut sedemikian intens berdikir dan bertafakkur sembari mengaji langit dan bumi, ia berucap “Wahai Tuhan kami, tidaklah sia-sia Engkau ciptakan ini. Maha suci Engkau, lindungi aku dari api neraka”. (lihat S. Ali Imron : 189-190). Dalam kondisi inilah yang dalam bahasa Al qur’an dikatakan bahwa tauhid memberkati manusia dengan “kebijakan dan kebenaran” (Ali Syariati, 1987:59)
Dalam catatan sejarah, bahwa umat Islam memang pernah memasuki maa keemaan gemilangnya pengetahuan. Hasil penemuannya umat banyak, sukar dicari tandingan ilmuwan Islam masa itu. Sebut saja Ibnu Sina, Ibnu Rusyid, Al Ghazali, al Jabir (penemu Al Jabar). Karena itu, tidaklah berlebihan apabila Emile Durkheim mengatakan “sesungguhnya kemajuan Islam ditegakkan berdasarkan risalah langit … Kemajuan Eropa modern ditegakkan atas daar ilmu dan pikiran kemajuan Islam, namun Eropa telah menghempaskan landasan kerohanian dan akhlak yang telah mengiringi kemajuan Islam”. (Zakariyah H. Z, 1991 : 53-54). Dihalaman yang sama buku tersebut, dikutip juga pandangan Dr. Sygrid Hulkeh, yang mengatakan bahwa sesungguhnya Eropa berhutang budi kepada kaum Muslimin Arab dan kepada peradabannya, dan bahwa hutang yang ada dipundak Eropa dan seluruh Benua lainnya kepada bangs Arab (Islam) besar sekali. Sesungguhnya kemenangan ilmiah yang membangkitkan anak-anak padang pasir itu dari nol, termasuk kemajuan ilmiah hakiki yang paling menakjubkan dalam sejarah manusia. Namun demikian, sebagaimana tengah kita saksikan, pada masa ini orang baratlah yang banyak memegang peran kemajuan teknologi. Hal ini bisa timbul praduga bersalah, bahwa Islam tidak punya peranan dalam kemajuan ilmu.
Dari gambaran di ats, khususnya dikalangan Mahasiswa intelektual muda calon pemimpin masa depan umat urgen pengkajian mengenai Al qur’an dan ilmu pengetahuan ini. Agar wawasannya semakin mekar dan dapat menempatkan Al qur’an dan ilmu pengetahuan pada kedudukan masing-masing secara terhormat.
Sejalan dengan tema kajian yang diharapkan oleh forum ini maka berikut ini akan dicoba diketengahkan kajian mengenai Al qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan.
II. Analisa
Manusia dan Ilmu Pengetahuan
Sudah menjadi tabiat manusia yang merupakan makhluk berakal bahwa bertanya dan berfikir adalah bagian dari kehidupannya. Ini sudah menjadi watak akal dan jiwa aslinya (lihat S. 2 : 31-33, 30 : 30), yang sebenarnya cenderung pada kebenaran dan kebaikan. Hampir takkan ada manusia yang tak melakukan proses ini. Hal tersebut hampir selalu akan dilakukan manusia, karena secara theologhis berfikir ialah merupakan buah dari hidayah Tuhan. Hal ini mendorong lahirnya ilmu pengetahuan dalam segala jenis dan tingkatannya. Dalam mata agama hidayah (petunjuk) Allah itu beragam bentuknya dan menunjukkan ada tingkatannya. Tingkat yang lebih tinggi tidak akan bisa dilewati tanpa tingkat sebelumnya dilalui. Hidayah tersebut ialah naluri, panca indra, akal dan yang terakhir agama. (Moh Quraish Shihab, 1986:84)
Terhadap ilmu pengetahuan, Islam telah banyak memberikan tuntunan, baik secara tersurat maupun tersirat, di dalam Al qur’an maupun Hadist Nabi. Dalam kaitan dengan ilmu ini, ada baiknya apabila pandangan Dr. Nurcholis Madjid, dikemukakan. Dia berpandangan bahwa masih ada satu lagi bentuk kesadaran seorang muslim, yang bersama dengan kesadaran keimanan dan amal perbuatan membentuk segitiga pola hidup yang kokoh dan benar yaitu keilmuan. Seolah menengahi antara iman dan amal dari suatu segi sebagaimana ibadah juga menengahi antara kebudayaan dari segi yang lain. Ilmu ialah bentuk kesadaran Muslim yang sentral. (1992: 130-131)
Dengan demikian dapat kita ketahui betapa amat tingginya nilai ilmu dalam pandangan Islam. Seharusnya, dengan kondisi ini, manusia (khususnya mahasiswa) muslim seharusnya berlomba-lomba dalam memperkaya diri dengan berbagai ilmu (yang bermanfaat khusunya). Seorang berilmu tak akan rugi. Betapapun adanya ia akan mendapat kemuliaan.
Sungguhpun telah banyak ilmu pengetahuan yang diperoleh manusia sebagai buah berfikirnya, namun demikian masih juga tak lepas dari kekurangan. Filsafat sekalipun, yang sering kali di sebut tingkatan berfikir tertinggi manusia, tak lepas dari relatif. Namun demikian memang telah banyak dihasilkan dari filsafat. “tapi eronisnya, ia tidak mengetahui dan tidak mengenal dirinya”, kata Jalaluddin Rumi. Dikatakan pula oleh Rumi ini yang dijuluki Sufi penyair Terbesar “sesungguhnya ahli filsafat acapkali disesatkan oleh akal dan pikirannya sendiri, bagaikan seorang musafir kesasar dari kesalahan dan kelelahan mencapai tujuannya”. (dalam Abul Hasan Ali An Nadwi, 1974:19)
Al qur’an Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan
Manusia yang tak mengenal Al qur’an, apabila mereka yang tak menyukai Islam, akan sinis melihat Sub Bab I ini. Tapi bersamaan dengan itu mereka yang Muslim akan serta merta membenarkan sub tersebut, bahkan mungkin masih akan menambahi dengan argumen yang menguatkannya.
Secara konsep teologhis, pandangan yang membenarkannya tersebut mungkin berdsar ayat Al qur’an yang mengatakan “Ma farrathna fi al kita bi min syay in”. Secara mudaj barang kali akan yang akan menerjemahkan bahwa “tidak kami lupakan sesuatu dalam kitab (l qur’an). Sehingga dari ayat tersebut lalu dikatakan bahwa segala sesuatu telah ada atau diatur dalam al qur’an atau segala sesuatu (ilmu pengetahuan semuanya) bersumber dari Al qur’an.
Khusus yang berkaitan dengan ilmu-ilmu keIslaman, memang telah banyak yang dilahirkan dari Al qur’an.
Imam A Ghazali misalnya, dalam kitabnya jawahir Al qur’an (1987:22-36) menguraikan betapa banyaknya ilmu-ilmu yang tumbuh dan bersumber dari Al qur’an. Baik yang menyangkut ilmu kulit maupun ilmu intinya.
Dari ilmu kulitnya, tumbuh misalnya ilmu bahasa arab, nahwu, Qiraah, Makhraj, juga tafsir lahiriyah. Bagian intinya seperti tentang kisah-kisah, argumen dan bantahan allah terhadap orang kafir (garapan ahli Kalam), juga mengenai harta benda dan wanita (bahasan Fuqoha dari sini lahir Rub-al Munakahat, Rubal Nikah dan Rub al Jinayat). Dari ilmu inti ini, yang tertinggi ialah ilmu untuk mengenal Allah (baik Dzatnya, sifat-Nya maupun Karya cipta-Nya). Dari sini, masih banyak lagi cabang-cabang ilmu yang telah dilahirkan sebagaimana yang telah diuraikan oleh M.H. Thabathaba’i. (1993:114-117), misalnya.
Sebuah pertanyyan pernah terlontar kepermukaan : “apakah sebuh ilmu memang dilahirkan dari Al qur’an” ?.
Imam al Ghazali menjawab : Ya !
Hemat penulis, amat beralasan untuk mengatakan Al qur’an adalah sumber dari segala ilmu, mengingat Allah “menyebut dirinya dengan Alim dan Sifat-Nya aalah ilmu atau Aliman”. Al qur’an, memuat juga ayat yang Dhanni maupun Qath’I (khususnya yang berkaitan dengan hukum), atau menyampaikan ajarannya secara global atau terperinci, bisa juga dengan kiasan atau perumpamaan. Selain itu kita ketahui bahwa satu ilmu bisa dilahirkan dari ilmu tertentu sebelumnya. Sejarah ilmu pengetahuan menjadi faktanya.
Untuk menguraikannya, memang amat diperlukan keadaan pengkajian, ketajaman mata hait dan akal pikiran untuk menjamah bidang yang sulit ini.
Al Qur’an dan Pembuktian Ilmu Pengetahuan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa nama dan sifat Allah ada yang berarti Yang Maha Berilmu.
Dengan demikian, adalah merupakan suatu hal yang mudah baginya, menciptakan sesuatu makhluk. Ia tentunya juga akan sangat berkuasa apabila kandungan setiap titah-Nya amat dalam maknanya sedalam kemahaluasan ilmu-Nya. Imbas dari pernyataan ini adalah bahwa merupakan suatu kemungkinan yang biasa terjadi apabila makna titah-Nya tak semuanya dapat diungkapkan oleh manusia, berabad-abad sekalipun. Secara filosofis, memang tak mungkin sesuatu yang relatif (yakni manusia) dapat mengungkap sesuatu yang absolut-mutlak. Atau juga adalah kemustahilan, sesuatu yang terbatas pandangan yang relatif dapat menguak yang mutlak.
Dengan demikian, adalah wajar apabila manusia belum mampu menjangkau semua rahasia kalam Dzat yang Maha Mutlak. Karena itu bukan hal yang mustahil apabila banyak rahasia dalam kalam allah yang hingga saat inipun tak mampu dipahami secara benar.
Dalam istilah agama yang ada yang kita kenal sebagai mukjizat, yaitu “sesuatu yang luar biasa yang tiada kuaa manusia membuatnya karena hal itu adalah di luar kesanggupannya” (Depag, 1981:104). Mengingat al qur’an ialah mukjizat, maka dapat dimungkinkan apabila masih banyak hal-hal dalam al qur’an yang belum terungkap.
Sejalan dengan itu banyak sinyalemen Al qur’an yang belum terungkap. Beberapa saja memang belum ditemukan, diantaranya dituangkan oleh Prof. Afif Thabbarah, Dr. Maurice Bucaille (seorang ahli bedah Prancis, yang meneliti Al qur’an, Bibel dan Sains modern. Konon penelitiannya selama 20 tahun, hingga melahirkan karya monumentalnya La Bibble Le Coran et la Science), Dr. Abu Zahra an Nadji, Dr. Hilmi Muda, Ir. Abdurrzaq Naufal, Rasyad Khalifah, al Baqillani, Dr. Muhammad Khatib.
Namun demikian tidak semua penemuan tersebut dapat dikemukakan di sini. Kiranya cukup apabila akan dikemukakan secara ringkas hasil penemuan dari dua pakar yang di sebut pertama.
Adapun mukjizat ilmiah al qur’an seperti dikemukakan Prof. Dr. afif Thabbarah yang dikutip Prof. Dr. M. Ali Ash Shabunie (1983:352-365) yang secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut :
Konsolidasi Dunia
Teori ilmiah modern mengatakan bahwa bumi adaah salah satu bagian kumpulan planet matahari yang memisahkan diri, yang akhirnya menjadi dingin dan cocok untuk didiami manusia.
Teori modern ini sesuai dengan yang dinyatakan Al qur’an, surat Al Anbiyaa:30 yaitu : dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman. Sedang baris selanjutnya dari ayat tersebut.
Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup ialah merupakan suatu ketentuan realita ilmu pengetahuan yang paling objektif, yang rahasia-rahasianya telah diketahui oleh para sarjana.
Pada umumnya parktek-praktek kimia menghajatkan pada air, sebab air merupakan unsure pinsipal untuk kelangsungan hidup semua benda-benda wujud dan tumbuh-tumbuhan, di samping juga memiliki cirri khas yang lain yang menunjukkan bahwa sang pencipta alam semesta menciptakannya untuk mengimbangi kehidupan semua makhluk-Nya.
Sedang air itu sendiri, ketika derajat panas menurun banyak menghisap kimia yang banyak dari oksigen. Dan sebaliknya, ketika membeku ia banyak mengeluarkan kimia yang besar dari panass yang membantu kehidupan makhluk yang hidup di laut seperti ikan dan lain-lainnya.
Maka betapa menakjubkan hikmah yang dikandung Al qur’an dengan kata-kata yang simple dan indah dapat menerangkan rahasia-rahasia kehidupan.
Terjadinya Dunia
Sejarah Astronomi, Gaenez mengatakan bahwa dunia berasal dari gas yang bertebaran di angkasa dengan teratur, sedangkan galaksi yang terdiri dari kumpulan bintang-bintang tercipta dari gas tersebut yang mengkabut tebal.
Dr. Jeamo mengatakan, bahwa dunia pada mulanya penuh dengan gas yang terbagi-bagi dengan teratur, dan dari gas itu pula terjadi berbagi proses.
Al-qur’an menyebutkan, “kemudian dia menuju kepada penciptaan langit itu masih merupakan asap lalu dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa! Keduanya menjawab : “kami datang dengan suka hati”. (Ha Min Sajadah : 11)
Al qur’an telah mengekspresikan tepat timbulnya penciptaan dunia ini (dengan Kabut), dan ini merupakan sesuatu yang konkrit yang dapat dijangkau daya pengertian bahasa arab.
Pembagian Atom
Hingga abad ke 19, para sarjana masih beranggapan bahwa atom bagian terkecil suatu unsure, ia tidak dapat dibagi lagi. Sejak beberapa puluh tahun silam berubah haluan mereka membaginya beberapa bagian. Atom maih bisa dibagi lagi dalam : Proton, netron dan electron. Dari ketiga bagian mereka menemukan bom atom dan bom hitrogen.
Perhatikan firman Allah yang menggambarkan tentang atom tersebut : “tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesarzarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuth)”. Kalimat (menurut bahasa kita. Kata) yang artinya lebih kecil yang gambling bahwa ia masih dapat dibagi. Dan kata artinya ataupun di langit, adalah suatu keterangan bahwa wujud atom yang ada pada matahari, planet-planet dan bintang-bintang itu sendiri.
Lalu apakah Nabi Muhammad pernah mempelajari wujud atom dan bagian-bagiannya serta cirri-cirinya di langit dan di bumi.
Kurangnya Oksigen
Sejak ditemukan pesawat udra, para sarjana menemukan lagi suatu yang ideology natural, yaitu kurangnya oksigen pada ruang angkasa semakin tinggi. Karena itu penerbang biasanya memberi tahu penumpangnya untuk memakai oksigen sintesis bila pesawat mencapai ketinggian sekitar 30 ribu kaki.
Kenyataan ini digariskan Al qur’an dalam QS. 6 : 12, yaitu : “Barang siapa yang allah menghendaki akan memberikan kepadnya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit”.
Pasangan Dua Jenis
Sementara ini orang berkeyakinan bahwa pasangan dua jenis yang berlainan, hanya terdapat pada manusia dan hewan. Sains modern menyatakan baha pasangan kedua. Jenis tersebut juga pada tumbuh-tumbuhan, benda-benda padat, setiap atom benda maupun (protein netron), dan pada listrik sekalipun (min plus). Penentuan ini telah lama ditegaskan l qur’an misalnya surat adz- Dzariyat : 49
Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasang supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.
Kata yang sifatnya “umum” dalam ayat tersebut jelass sekali, yaitu (ayat) yang artinya dan segala sesuatu.
“Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik yang ditumbuhkan oleh bumi dan diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”. (Ya Sin : 36)ayat yang mulia ini mencakup pasangan dua jenis pada tumbuhan, manusia dan pada segala sesuatu yang telah atau belum kita ketahui.
Selaput Janin
Secara ilmiah ditetapkan, bahwa janin yang berada di dalam perut seorang ibu dilindungi tiga macam selaput, yang tak akan tampak tanpa menggunakan alat dan penyelidikan yang mendetail. Sekila, selaput itu hanya merupakan satu wujud. Ketiga macam selaput itu :
a. Selaput embriyo
b. Selaput chorbon
c. Selaput levaivie
Dalam “Maat Thibi fi Qur’an)”, karangan Dr. Abdul Hamid Diyab dab Dr. Ahmad Qurquz, ketiga selaput itu disebut :
a. amnitiotic Membrane
b. choironic Membrane
c. disidua Membrane
al-Qur’an menyatakan dalam az Zumar : 6 dia menjadikan kamu dalam perut ibumu demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan tidak ada Tuhan selain Dia, maka bagaimana kamu dapat dipalingkan.
Al qur’an memberitahukan bahwa janin mempunyai 3 selaput, yang disebut “kegelapan-kegelapan” (karena menutupi dan menghalangi cahaya).
Perkwinan Dengan Angin
Dalam pandangan sins modern, angin meminangkan benih-benih kelamin laki-laki dan perempuan pada korma, tien dan pepohonan lainnya yang berbuah, hingga terjadinya perkawinan via angin. Dari segi ilmiah ini Al qur’an telah menandakan jauh sebelumnya dalam Qs. Al Hijr : 22, yaitu :
“dan kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan tumbuh-tumbuhan dan kami turunkan hujan dari langit lalu kami beri minum kamu dari air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpangnya”.
(konon, seorang orientalis barat, guru besar di Oxford University, Mr. Agnede mengatakan : Tiga belas abad lamanya jauh sebelum bangsa Eropa mengenal perkawinan pepohonan dan buah-buahan via angin, para pemilik onta telah mengetahui lebih dahulu).
Hewan Sperma
Kini ilmu kedokteran telah berhassil menyingkap bahwa pada sperma manusia terkandung hewan kecil yang tak terlihat tanpa mikrosof. Yang disebut “Al Hayatan al Manwiyah” (hewan sperma) yang menyerupai al alaq (ulat lintah), yang memiliki kepala, leher dan ekor. Dari sekian banyak hanya satu yang membuahi ovum wanita. Setelah sempurna perkawinanya, leher rahim akan masuk setelah itu, sisanya mati. Al qur’an.
Telah menasakhkan jauh sebelumnya dalam suart Al Alaq : 1-2, yaitu :
“bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari “alaq” segumpal darah”.
Sidik Jari Manusia
Teapatnya taahun 1884 M, di Inggris telah dipakai sidik jari secara resmi untuk mengetahui seseorang, dan diikuti negara lainnya. Hal ini tak lain karena jari manusia bergaris-garis lurus yang bermacam-macam, yang tak akan berubah sepanjang hidupnya, tanpa ada jari seorangpun yang menyerupainya jari yang lain. Ini keistimewaan Al qur’an telah menyatakan, 14 abad lalu dalam surat al Qiyanan, 3-4 bahwa :
“Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulang ? bukan demikian, sebenarnya kami kuassa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna”.
Demikian mukjizat Al qur’an menurut Prof. Dr. Afif Thabbarah. Di sisi lain ada penelitian yang menyangkut Al qur’an dan sains modern (juga bible) yang dilakukan oleh ahli bedah berkebangsaan Perancis Dr. Maurice Bucaille. Penelitian panjang, selama sekitar 20 tahun yang dilakukannya, berhasil mengungkapkan banyak mukjizat ilmiah. Dalam bagian bukunya dengan topik Qur’an dan Sains modern (1993:125-224). Kita akan menemukan bagian khusus yang membahannya, yang secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut :
A. Ketika mengkaji beberapa surat seperti masa penciptaan langit enam hari (Qs 7 : 54, terkait dengan surat 32:5, & 4), penciptaan alam dengan kejadian di bumi dan di langit (32:9-12), tentang tujuh langit atau langit banyak (2:29, 23:17, 667:12, 3:12-13, 65:12), tentang 3 macam benda 920:6,25:59, 32:4,50:38), dapat disimpulkan :
Adanya enam periode penciptaan pada umumnya
Adanya jaringan berkaitan antara tahap-tahap penciptaan langit dan tahap-tahap penciptaan bumi.
Penciptaan kosmos mula-mula dari kumpulan unik yang merupakan satu kesatuan kemudian terpecah
Terdapat langit dan banyak bumi
Terdapatnya banyak benda ciptaan Tuhan antara langit-langit dan bumi.
Dari kesimpulan di atas lebih lanjut dikaitkan dengan sains modern, dapat disimpulkan bahwa :
1. Enam masa penciptaan langit dan bumi, meliputi penciptaan terbentuknya benda samawi, bumi dan perkembangan bumi hingga dihuni manusia. Untuk yang terakhir, Al qur’an mengatakan terjadi zaman-zaman geologi dalam sains modern, karena enurut sains modern manusia timbul pada zaman geologi keempat. Ini hanya hipotesa. Untuk pembentukan benda samawi dan bumi sebagaimana dalam surat an Nisa’ 9-12, diperlukan dua tahap. Sains memberitahu kita, bahwa jika kita mengambil contoh (satu-satunya contoh yang sudah mungkin diketahui) dari pembentukan matahari dan embel-embel, yakni bumi, prosesnya melalui melalui padatan nebula dan perpecahannya. Ini yang menurut al qur’an secara jelass melalui proses yang mula-mula berupa assap samawi, kemudian menjadi kumpulan gas, kemudian berpecah. Di sini kita dapatkan persatuan yang sempurna antara penjelassan Al qur’an dan sains modern.
2. sains telah menunjukkan simultanitass antra dua kejadian pembentukan satelit-satelitnya, atau salah satu satelitnya (seperti bumi). Bukanlah simultanitas ini tampak juga dalam konteks Al qur’an yang seperti yang telah kita ketahui ?
3. Nampak persesuaian antara wujudnya asap yang menjadi asal kosmos dan konsep sains modern tentang nabula primer
4. kegandaan langit-langit yang diterangkan al qur’an dengan simbul angka tujuh yang telah kita pahami artinya, telah dibenarkan oleh sains dalam pernyataan ahli-ahli astrofisika tentang system galaksi yang jumlahnya amat besar. Di lain pihak, bumi-bumi yang mirip bumi kita yang kita pahami menurut Al qur’an, saianss belum dapat dibuktikan. Bagaimanapun keadaannya, para spesialisas menganggap bahwa adanya bumi-bumi semacam itu adalah mungkin.
5. Adanya suatu penciptaan, pertengahan antara langit-langit dan bumi seperti dijelaskan Al qur’an dapat dimengerti dengan diketemukannya jembatan-jembatan materi yang terdapat di luar ssistem asstronomik tersebut. Jadi tak ada pertentangan sedikitpun antara Al qur’an dengan sains modern tentang peenciptaan kosmos.
B. Watak Benda Samawi
Matahari ialah cahaya (Diya’) dan bulan ialah terang namun peerbedaannya dengan melihat S. 25:61, 71:15-16, 78:12-13, dapat dilampaui : Lampu yang sangat terang adalah matahri. Bulan di lukiskan sebagai benda yang menyinari (munir) seakar kata dengan nur mataharidibandingkan dengan pelita (siraj) atau lampu yang kuat sinarnya (wahhaj). Yang sangat menarik perhatian dan perlu dicatat ialah keagungan perbandingan. Kita ketahui matahari sebagai bintang yang prosedur panass hebatserta cahaya. Tak ada pertentangan antara Al qur’an dengan sains yang kita ketahui zaman sekarang, 14 abad setelah Al qur’an diturunkan.
C. Bintang adalah bend yang mempunyai cahaya sendiri. Ini sesuai dengan S. 86:1-3). Dan sins modern menguatkan yang sama.
D. Planet-planet
Dalam suatu ayat (S. 37:6) terdapat kata “kawakib” yang menurut pengetahuan modern dapat diaartikan planet. Ini berarti bahwa Al qur’an menyebut adanya planet menurut definisi modern.
E. Orbit
Ada dua ayat penting sehubungan dengan orbit matahari dan bulan. Yaitu S. 21:33, 36:40. dengan ayat tersebut telah disebutkan suatu fakta yang sangat pokok, yaitu adanya orbit untuk bulan dan untuk matahari, dan isyarat tentang berpindah-pindahnya benda tersebut dalam angkasa (space) dengan gerakan khusus. Galaksi berputar sendiri dengan axis sebagai pusatnya, matahari beredar sekitar pusat tersebut menurut orbit putaran. Astronomi modern dapat menghitung perinciannya. Tahun 1917 Shapley, mengatakan jarak antara matahari dan pusat galakssi 10 kiloparsecs. (3 dengan 17 nol km). Untuk memutari dirinya, galaksi dan matahari memerlukan 250 miliun tahun, dan dalam gelar ini matahari bergeser dengan kecepatan 250 km tiap detik.
F. Mengenai perurutan siang dan malam
Al qur’an membicarakan sebagai berikut, yaitu surat &;54, 36:37, 31:29, 39:5. perputaran yang terus menerus antara siang dan malam melukiskan Al qur’an secara sempurna. Hal ini sudah dapat dimengerti oleh manussia karena kita punya ide tentang dianya matahari yang relatif, serta ide tentang peredaran bumi. Proses penggulungan terus menerus, dengan penetrassi rutin, dari satu bagian kebagian lainnya telah digambarkan al qur’an seakan pada waktu Al qur’an diwahyukan orang sudah meengerti bumi bulat (?). hakekatnya wahyu itu manusia belum tahu. Fenomena astronomi yang disebutkan Al qur’an sesuai dengan sains modern.
G. Evolusi dan Samawi
Berkali-kali al qur’an menyebutkan Tuhan telah menundukkan matahari danbulan, massing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan (lihat surat Ar Ra’du: 2, Lukman : 29, Fathir : 13, Zummar : 5). Dalam yassin : 38 menyebutkan matahari mengarah ke tempat bayangan khusus, yang istilah asstronomi modern dinamakan Solar apex. Gerak system matahari mempunyai kecepatan 19 km/detik. 2 ayat di atas, sesuai sepenuhnya dengan sains modern.
H. Ekspansi Kosmos
Ini merupakan suatu fenomena sangat besar yang diungkapkan sains modern. Dengan bertitik tolak dari teori realitifitas umum, ekspansi kosmos dapat dukungan fisik dalam pemeriksaan tentang bayangan galaksi, pergeseran sistematik kearah bayangan merah dapat diartikan sebagai fakta bahwa galaksi saling menjauhkan satu sama lain. Maka ekspansi kosmos akan membesar. Ini selarass dengan al qur’an surat adz Zariyat (51:47)
I. Selain itu masih banyak penemuan/sains modern yang sesuai dengan ketentuan/penjelassan Al qur’an yang diturunkan 14 abad yang lalu, yang telah diyakini kaum muslimin walaupun sains modern baru mengungkapkan (apalagi massih belum semuanya) 1400 tahun setelah kitab umat Islam itu diwahyukan Robbul alamin. Kiranya uraian ini tak mencukupi guna mnguraikan semuanya. Namun untuk sekadar memberi patokan, akan dikutipkan secara amt ringkas :
1. Siklus air (2:22, 2:164, 13:3, 15:19-21, 20:53-54, 27:61, 67:15, 79:30-31). Gambaran siklus air menurut sains modern digambarkan sangt tepat dalam Al qur’an
2. Siklus air dan lautan (50:11, 23:18-19, 15:22, 35:9, 30:48, 7:57, 25:48-49, 40:5, 13:17, 47:30, 39:21, 36:34) juga (24:43, 56:68-70 kesesuaiannya sangat jelas.
3. Lautan (14;32, 16:14, 31:31, 36:41-44, 25:53, 35:12, 15:19, 20, 22) kedua air yang berbeda, tak dapat tercampur.
4. muka bumi, (71:19-20, 51:48, 88:19-20, 78:6-7, 79:32, 31:10, 21:31) gunung diletakkan sebagai penjamin stabilitas bemi sesuai dengan pendapat ahli geologi.
5. fenomena atmosfir seperti rasa tak enak di tempat yang tinggi akan bertambah (6:125), listrik diatmosfir (13:12-13, 24:43), bayangan dan pergeserannya (16:81, 16:48, 25:45-46)
6. asal mula kehidupan (21:30, 20:53, 24:45) dari air.
7. alam tumbuh-tumbuhan, aspek mulanya (16:10-11, 6:99, 50:9-110). Aspek khusus, keseimbangannya (15:19), perbedaan hasilnya (13:4). Reproduksinya (asexual dan sexual) (Thaha : 53, 22:5, 31:10, 13:3). Pembenihannya, isyaratnya (6:95) pasang pasangan dalam makhluk (36:36).
8. alam binatang dan hajat manussia (16:5-8). Reproduki dalam alam binatang (An najm:45-46), masyarakat binatang (6:38). Tiga binatang yang sangat menarik dari segi ilmiah, lebah (16:68,69). Menurut Von Frish yang masyhur gerakan lebaah berarti pertukaran informasi antara lebah-lebah pekerja. Laba-laba (29:41), binatang yang bisa membikin rajut yang sangat sempurna. Burung-burung (6:38, 16:79, 67:19) ada burung menurut Prof. Hamburger, dilautan pasifik dan perjalanan perpindahannya membentuk angka 8, mencapai jarak 25000 km (ditempuh 6 bulan, kembali lagi juga 6 bulan, dengan selisih paling lama 1 minggu). Asal zat susu binatang (an Nahl : 66), baru ditemukan Harvey, sepuluh abad setelah Al qur’an diturunkan.
9. Reproduksi manusia (82:6-8, 71:13-14). Setetes cairan penyebab pembuahan (fecondation) terdapat dalam (16:4, 75:37, 23:13). Watak zat cair yang membuai (86:6, 87:20, 76:2, 32:8). Al qur’an memukau pengetahuan ilmiah yang dimiliki kita sekarang. Nidai telur yang dibuahi dalam rahim (22:5, 98:2, 23:14, 40:67, 73:37-38). Perkembangan embryo dalam peranakan (23:14, 32:9, 53:45-46), juga 35:11, 75:39). Istilah sederhana Al qur’an tentang reproduksi manusia, memerlukan waktu berabad-abad untuk menemukannya.
10. Tentang pendidikan sex (86:5-7), daerah sex laki-laki dinamakan “sulb”(satu kata), dalam badab wanita disebut “taraib” (kata jamak). Tuntunan masa haid (2:222-223). Sex pada malam bulan ramadlan (2:137), larangan waktu berhaji (2:187), mens dan perceraian (60:4). Pernyataan teoritis mengenai reproduksi, tuntunan praktis hal sex, tak ada yang bertentangan dengan sains modern, atau akibatnya yang mungkin timbul.
Demikian kandungan ilmiah al qur’an, yang sangat menakjubkan, yang telah terkuak. Sungguh suatu keajaiban. Suatu mukjizat yang mengagumkan.
Sebuah pengakuan tulus ditulis oleh Dr. Maurice Bucaille (1993:293) diujung buku monumentalnya Suatu penyataan yang perlu direnungakan oleh merek yang ingin mengetahui kandungn Al-Qur’an, dan harus direnugkan oleh mereka yang melecehkannya :
Orang tidak da[at menggambarkan bahwea banyak pernyataan Al-Qur’an yang mempunyai banyak aspek ilmiah itu adalah karya manusia. Karena banyak pengetahuan pada zaman Muhammad tidak menginginkan hal tersebut. Oleh karena itu adalah wajar bukan saja untuk mengatakan bahwa Al-Qur’an itu ekspresi suatu wahyu, akan tetapi memberikan kedudukan yang istemewa kepada wahyu Al-Qur’an, berhubungan dengan Autensitasnya dan berhubung dengan terdapatnya pernytaan ilmiah yang sedang diteliti pada zaman sekarang kita ini, ternya sebagai suatu tantangan kepada penjelasan yang berasal dari manusia.

III. Penutup
Dari paparan diatas, dapat kita simpulkan bahwa telah cukup banyak kandungan Al-Qur’an yang mulai dapat dibuktikan kebenaranya pada masa ini. Suatu hal ynag luasr biasa bahwa Al-Qur’an telah diturunkan ke bumi 14 abad lampau, dengan topengan kemajuanilmu pengetahuan dan teknologi tinggi.
Memang masih ada dialok yang memebicarakan Al-Qur’an sebagai ilmu pengetahuan. Maka jelaslah bahwa Al-Qur’an berpijak pada pandangan Al-Gghazali, maka jelaslah Al-Qur’an memang merupakan sumber ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

DEPAK Al-Qur’an dan terjemahnya, Jakarta 1991/1982
Abdl Hasan An Nadwi, Mauana jalaludidin (Terjemah M Adib Bisri :Jalalluddin rumi sufi penyair terbesar )
Al Ghazali, Jawahir Al-Qur’an (penyadur Saefullah Mahyuddin ):Permata Al-Qur’an Rajawali, Jakarta 1987
Ali Syariati man in islam (terjemah M Amin Rias ), Bulan Bintang, Jakarta, 1987
Moh Ali Ash-shabueni pengantatr ilmi-ilmu Al-Qur’an (AkLih Bahasa Saeful islam Jamaluddin , Al Ikhlas, Surabaya1983
Maurice Bucaille, La Bible Le corn et la Science (Alih Bahasa M Rasjidi :Bibel, Al-Qur;an dan sains modern ), Bulan bintang, Jakarta , 1993
Moh Qurais Shihab, Mahkota Tuntunan illahi, Untagama , Jakarta 1983
M H Thabatabha’I, Al-Qur;qn fil islam (Terjemah : Amalik Madan, mengungkap rahasia Al-Quran ), mizan Bandung, 1993
Nurcholis Madjid, islam doktrin dan peradaban, pyramid Jakarta, 1992

Tidak ada komentar: